Tertawa ala @diyahdiyah (part 1)

1. Pagi friends & family, buat semua yg dukung standup comedy saya, berikut beberapa tweet tentang tertawa #onlaughter

2. banyak kredo menarik tentang tertawa & hampir semua merujuk pada betapa tertawa itu adalah hal yg baik bahkan menyehatkan

3. tapi pernahkah kita bertanya, apa pemicu tawa itu? mengapa kita tertawa? apa yg bisa membuat kita tertawa?

4. kita tertawa karena banyak hal misal anak kecil yg bertingkah aneh atau contoh yg paling terkenal orang yg terpeleset kulit pisang

5. tapi pernahkah kita pikir apa yg terjadi pada orang yg terpeleset kulit pisang? baik-baik kah dia? lalu kenapa musibah kok bikin tertawa?

6. kita tertawa karena banyak alasan salah satunya yg akan saya tweet sekarang adalah superiority

7. disadari atau tidak, kita paling banyak tertawa karena merasa lebih baik daripada yg ditertawakan, lebih unggul, lebih "normal"

8. kita menertawakan orang yg jatuh terjerembab karena kulit pisang misalnya.. kecerobohan memicu tawa mereka yg merasa tidak ceroboh

9. "kebodohan" memicu orang yg merasa tak bodoh untuk tertawa juga perbedaan... ia memicu mereka di posisi dominan untuk tertawa

10. menertawakan yg malang dan yg minoritas terdengar tak manusiawi? think again karena kita semua terlibat

11. Industri lawak modern banyak didedikasikan untuk humor berdasar mereka yg "malang" dan minoritas dan kita semua tertawa

12. Industri juga guyon sehari-hari banyak mengajak kita menertawakan orang lain #onlaughter mengapa?

13. Karena laughter and ridicule (tertawa dan olok-olok) telah lama menjadi media kontrol sosial yang paling efektif

14. Dengan menertawakan yang "berbeda" kita telah menetapkan diri sebagai bagian dari wacana dominan dan mereproduksi dominasi

15. Demikianlah tawa dan humor telah menjadi alat kekuasaan yang halus merasuk atau dalam bahasa yang lain: hegemonik

16. Reminder, saya membicarakan humor yang hegemonik ini dalam konteks superiority sebagai pemicu tawa

17. Kembali ke tawa sbg kontrol sosial dan alat reproduksi dominasi: saya ingat komen singkat menyentuh dari

18. selesai saya audisi, @masbutet bilang kalo beliau yg melawak tentang orang Arab nanti SARA, kalo saya yg bagian dari etnis itu tentu lebih baik

19.Kekuatan lawak itu maha dahsyat, karena kemampuannya memisahkan perilaku yang "sesuai" dan "tidak sesuai" berdasarkan kekuasaan

20. yg "tidak sesuai" dengan wacana arus utama dijadikan tontonan, ditertawakan untuk "mengendalikan" masyarakat agar tetap berperilaku yg "sesuai"

21. yg "tak sesuai" dengan wacana arus utama dijadikan tontonan, ditertawakan untuk "kendalikan" masyarakat agar tetap berperilaku yg "sesuai"

22. Saya ingat ketika org keturunan Arab jadi bagian dari industri tawa ini, misalnya dengan munculnya karakter Wan Abud

23. Sekarang ini ketika wacana utama salah satunya revivalisme Islam, orang Arab tak banyak jadi "sasaran"

24. Lalu, industri tawa ini bergeser dengan menampilkan representasi warga Papua datang ke Jakarta misalnya

25. Representasi ini bahkan lebih menyakitkan dari era Ade Juwita yg lebih banyak jadi "sasaran" karena perilaku ala perempuan bukan etnisnya

26. Media mainstream adalah perwakilan dari wacana mainstream demikian pula ketika mereka menampilkan program-program tawa

27. Pada posisi ini laughter bukan lagi the best medicine, karena ia hanya membodoh-bodohi sebagai bagian dari pengendalian masyarakat

28. Pengendalian masyarakat dianggap penting oleh penguasa untuk stabilitas, makanya banyak lawak yg dianggap antek kekuasaan

29. Pada konteks ini, meskipun saya mencintai comedy saya bisa saja anti-laughter, anti-tertawa

30. Pada konteks ini pula, jika tertawa ato menulis humor, pikir lagi.. karena apapun yg kita lakukan adalah bagian dari reproduksi wacana

31. Cerita tawa ini belum selesai, nanti lagi ya.. final words for now: The wise are the ones who can laugh at themselves

Terima kasih buat semua yg sudah menyimak TL saya tentang tertawa, banyak dari yg saya sampaikan terinspirasi teori klasik Bergson #onlaughter