Jalur Komedi @notaslimboy

Dalam komedi harus ada "unexpected statement", menjadi sebuah kejutan yang memancing tawa. Contoh di JLC: Ruhut bicara soal keadilan.

Kenapa saya pilih jalur comedy? Bukan ikut-ikutan lho, sebelum tren sekarang saya sudah buat standup show sendiri bareng @oomimot di Mezalluna Kemang.

Saya percaya komedi jadi cara yang ampuh menyampaikan pikiran kita. Saat tertawa, saya berharap orang lebih terbuka menerima masukan.

Komedi itu sakral bagi saya. Saya mencoba bukan hanya konyol di panggung sehingga memancing tawa, tapi justru mengupas realita dengan gaya saya.

Satu lagi yang lucu, contohnya: @Prabowo08 bicara soal perjuangan kesejahteraan untuk Indonesia. Ketawa dulu ahh...

Dalam komedi ada: setup (pengkondisian yang mengarahkan asumsi) lalu punchline (statemen akhir yang mengagetkan tidak sesuai dengan asumsi awal)

Kenapa @Prabowo08 lucu? Karena setup-nya terjadi sudah sejak lama (jaman Orba) lalu sekarang bicara soal kesejahteraan Indonesia (jadi punchline)

Bukan mau disebut cerdas atau buat kasta baru. Standup comedy memang genre komedi yang mengajak berpikir ulang, membongkar ulang asumsi-asumsi awal.

Standup comedy ada kemiripan dgn filsafat, karena banyak mempertanyakan ulang logika dan wawasan yang dimiliki pemirsanya.

Saya punya perspektif sendiri terhadap standup comedy. Bukan dapat dari buku semata, tapi dari pengamatan terhadap materi para komedian lokal/asing.

Maka -imo- standup comedy bukan joke telling, tapi lebih ke membongkar logika, mempertanyakan asumsi umum, menyampaikan fakta dengan komedi

Joke telling, ya itu juga bisa lucu banget, tapi itu bukan standup comedy, artinya joke telling -imo- adalah genre lain dalam komedi.

Komedi memang harus lucu, tapi ada syarat lain bila sebuah materi bisa disebut standup comedy. Bukan sekadar berdiri di panggung lalu melucu.

Sama seperti musik, bisa disebut jazz bila memakai paduan nada & accord tertentu. Bukan berarti musik lain tidak merdu, kita bicara soal format.

Kalau harus menyerang orang/kelompok dalam sebuah penampilan standup, hajar! -imo- syaratnya cuman 1: jangan serang orang yang tidak berdaya, contoh: orang cacat.

Tapi tetap resiko tanggung sendiri. Kalau berani tanggung resiko, ya hajar aja, why not?

Soal teori: setup punchline, rule of three, call back, act out, dll, itu nanti. Yg penting materinya benar-benar dari apa yg kau risaukan.

Soal kegelisahan/kerisauan penting. Contoh: Saya tidak terganggu dengan boyband Smash, maka kalau saya pakai materi soal ini, akan garing.

Sebaliknya saya terganggu dengan kemacetan Jakarta, lalu hasil SEA Games yang terlalu dibangga-banggakan. Maka saya bawakan materi soal ini.

Saya risau, ada seorg yg tidak kompeten IT (tapi hanya gambar/video porno) dianggap pakar IT dan telematika. Maka saya bawakan dalam standup.

Nah kalau @ariefdidu risau terhadap dokter, biaya pengobatan dll, dokter-dokter itu merasa diserang. Dokter bukan orang yang tidak berdaya, hajar!

Apa yang kau risaukan, sampaikan. Niscaya materimu gak akan garing. Selanjutnya tinggal ambil relevansi, tambahin bumbu callback, act out, dll

Dan siapa org yang selalu bicara fakta dengan cara yang lucu. Dialah standup comedian favorit saya: Gus Dur.

Kenapa saya jarang pakai materi tentang orang gemuk, seperti @mosidik ? Karena saya tidak terlalu risau dengan kegemukan saya, seperti halnya beliau *kabor*

from TL SammyDP (@notaslimboy) 15Des2011